Capung dan Kupu-Kupu
“Indahnya Rasa Syukur"
Di langit yang sama, ada sayap yang berbeda. Tapi semua punya arti dalam kisah ciptaan-Nya.
Di sebuah taman bunga yang dipenuhi warna-warni kelopak, hidup seekor capung kecil bernama Ranga. Tubuhnya ramping dan sayapnya transparan berkilau terkena cahaya matahari. Ia cepat, lincah, dan suka bermain di atas permukaan air.
Namun hari itu, hatinya terasa tidak tenang. Ranga baru saja melihat kupu-kupu yang bernama Lavi menari indah di antara bunga-bunga. Sayap Lavi besar, penuh warna cerah, dan gerakannya lambat namun memikat.
Ranga menghela napas dalam.
“Aku juga bisa terbang… tapi kenapa aku tidak seindah dia?” bisiknya lirih.
Lavi yang melihat Ranga termenung lalu mendekat.
“Kenapa kamu terlihat murung, Ranga?”
Ranga menunduk.
“Apa kamu tidak sadar, Lavi? Semua makhluk memujimu. Anak-anak kecil mengejarmu dengan tawa. Para pelukis melukismu. Tapi aku? Tak ada yang peduli. Padahal… kita sama-sama bisa terbang.”
Lavi tersenyum lembut. Ia mengajak Ranga berteduh di balik daun lebar.
“Ranga, Allah tidak menilai makhluk-Nya hanya dari apa yang tampak indah. Setiap ciptaan punya keistimewaan yang tidak selalu terlihat mata.”
Lavi mulai bercerita,
“Tahukah kamu? Sebelum aku menjadi kupu-kupu, aku hanyalah ulat yang menjijikkan. Tak ada yang mau menyentuhku. Tapi aku bersabar, aku percaya Allah menyiapkan keindahan di waktu yang tepat.”
Ia menatap Ranga.
“Dan kamu, Ranga… sejak lahir sudah punya sayap yang kuat, bisa terbang cepat. Kamu bisa melayang di atas air, hal yang tidak bisa aku lakukan. Allah memberimu kecepatan dan ketangkasan. Bukan karena Dia tak adil. Tapi karena setiap makhluk punya perannya masing-masing.”
Lavi melanjutkan,
“Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ
‘Jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.’
(QS. Ibrahim: 34)
“Karena nikmat bukan hanya tentang rupa. Tapi juga kemampuan, kekuatan, dan bahkan ujian yang membuat kita lebih kuat.”
Ranga memejamkan mata. Ia mulai menyadari: meski tubuhnya tak berwarna seperti Lavi, ia punya kecepatan luar biasa, bisa menari di atas air, dan matanya bisa melihat lebih tajam.
Ia tersenyum. Untuk pertama kalinya, ia terbang bukan karena ingin dilihat indah, tapi karena ia bersyukur telah diciptakan berbeda.
Allah menciptakan setiap makhluk dengan takaran paling sempurna. Terkadang kita terlalu sibuk melihat keindahan orang lain, hingga lupa bahwa kita pun adalah ciptaan yang luar biasa.
“Bersyukur bukan karena kita punya segalanya,
tapi karena kita tahu bahwa apa yang kita punya, adalah yang terbaik menurut-Nya.”
Komentar