PART 3


Masihkah kamu membaca tulisan ini?

Aku harap kamu tidak bosan. Akan ku lanjut lagi cerita imajinasi kemarin. Maukah kamu menemaniku untuk kesekian kalinya?

Aku mulai mencoba menentukan alurnya. Kamu tau, di episode kemarin aku masih meraba-raba. Lalu bagaimana dengan episode ini?

Aku harap, kamu masih mau membacanya sampai selesai dan beritahu aku jika kamu berhasil menemukan apa yang aku mau. Tapi aku tidak memaksa, kamu pasti punya kesibukan lainnya.

Akan aku ceritakan kisah hari kemarin. Tapi tidak sekarang, mungkin di episode yang akan datang. Aku masih penasaran dengan alasanmu mengikuti tulisan ini. Apa hanya mengisi kegabutan atau tertarik dengan isi tulisan? Apapun jawabanmu, aku tetap senang. Pada intinya aku tidak sendiri, ada kamu di tulisan ini.

Ayo kita lanjutkan kembali. Sebenarnya tulisan ini adalah wujud dari perkataan yang aku tuliskan. Memang tidak terucap, tapi terdengar jelas di pikiran. Akan sangat indah jika ada dialog antara aku dan kamu. Berdialog dengan tulisan, kenapa tidak? Bukankah itu juga media yang bisa digunakan untuk berkomunikasi?

Tentu kamu pernah melihat orang-orang di dunia maya saling berbalas komentar, memuji, memberikan penilaian, atau bahkan mengumpat dan melontarkan cacian.

Mereka unik. Bisa berkomunikasi tanpa saling tahu satu sama lain. Inilah keajaiban teknologi. Tapi tidak sepenuhnya benar. Berapa banyak orang yang menjadi korban dari ganasnya ketikan jari tangan.

Aku khawatir, jika tulisan ini menggores hatimu yang tenang, meninggalkan bekas luka yang teramat dalam. Apalagi akan terus teringat meski termakan usia. Kamu terlalu berarti bagiku dan aku akan menjaganya selama aku bisa.

Tulisan ini hanya akan muncul sekali dalam seminggu. Maafkan aku yang masih egois. Lebih sering menghabiskan waktu untuk bermain dan bermalas-malasan daripada menghargai antusias mu mengikuti setiap tulisan. Konsistensi ku jika diibaratkan pohon, pasti akan layu karena hanya disiram sekali dalam seminggu. Tapi ini bukan tentang pohon, melainkan sebuah perjalanan yang harus aku jalani.

Bagaimana jika perjalanan ini aku ibaratkan, “Sepasang kekasih yang hanya bisa bertemu seminggu sekali, pasti waktunya akan selalu dinanti. Karena mereka tahu nikmatnya buah dari kesabaran”.

Sudahkah kamu menemukan apa yang aku mau? Jika belum, teruslah bersamaku. Apakah kamu menyanggupinya? Semoga saja demikian.

@si_ysff

Komentar

Postingan Populer