Beruang Kutub dan Pinguin
“Hari yang Beku, Hati yang Panas”
Di sebuah daratan es yang luas, di bawah langit kutub yang biru pucat, hidup seekor beruang kutub besar bernama Olan. Ia kuat, besar, dan mampu berjalan berjam-jam di tengah badai salju.
Di ujung selatan kutub, tinggal pula seekor pinguin kecil bernama Ziya. Ia lincah, pandai menyelam, dan bisa bertahan lama di air yang sangat dingin.
Suatu hari, saat mereka bertemu dalam perjalanan lintas riset hewan (karena manusia telah membuat jalur penelitian ke kutub), keduanya duduk beristirahat di atas bongkahan es besar.
“Kau tahu, Ziya?” kata Olan sambil menepuk dadanya yang lebar.
“Aku bisa berjalan sejauh 30 kilometer di salju. Kakiku kuat, tubuhku tahan dingin luar biasa.”
Ziya mengangkat kepala.
“Tapi aku bisa menyelam di bawah es selama lima menit. Aku berenang cepat, dan tubuhku mungil ku lebih gesit dari mu.”
“Tapi aku lebih besar dan bisa melindungi diri dari serigala salju,” kata Olan bangga.
“Tapi aku lebih banyak hidup berkelompok dan saling bantu. Kamu kan penyendiri,” sahut Ziya tak mau kalah.
Mereka sama-sama diam. Udara di sekitar dingin, tapi hati mereka mulai hangat oleh perasaan ingin lebih dari yang lain.
Tiba-tiba badai salju datang. Olan berusaha membentangkan tubuhnya untuk melindungi Ziya yang kecil. Sementara Ziya menggali lubang di salju untuk mengurangi terpaan angin.
Setelah badai reda, mereka terengah. Namun justru saat itulah mereka saling pandang dan tersenyum.
“Kamu melindungiku tadi…” ucap Ziya.
“Dan kamu juga punya akal untuk bertahan,” kata Olan.
Olan berkata,
“Ziya, ternyata kita tak perlu saling membandingkan. Kita sama-sama kuat, tapi dengan cara berbeda.”
Ziya mengangguk,
“Aku tak perlu menjadi sepertimu untuk berharga. Allah menciptakan kita sesuai kebutuhan alam ini.”
Lalu Olan mengutip ayat yang pernah didengar dari para peneliti yang membaca Al-Qur’an:
"لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا"
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(QS. Al-Baqarah: 286)
Ziya melanjutkan,
“Dan jika Allah sudah tahu kesanggupan kita berbeda, mengapa kita malah ingin menjadi seperti satu sama lain?”
Hari itu, mereka pulang ke habitat masing-masing. Tapi tidak lagi dengan hati yang saling membandingkan. Kini mereka tahu: salju boleh sama dinginnya, tapi cara bertahan setiap makhluk itu istimewa sesuai bentuknya.
Jangan membandingkan kekuatan atau kelebihan kita dengan makhluk lain.
Karena Allah menciptakan semua makhluk dengan tugas dan bentuk yang berbeda-beda, namun semuanya penting di mata-Nya.
Bersyukur adalah menerima bentuk diri sebagai karunia, bukan sebagai kekurangan.
Komentar